Di tengah amukan badai pandemi tahun 2021 silam, Perpustakaan Umum Dusun Jlegongan mencoba meracik mimpi-mimpi baru. Kilas balik 6 tahun perjalanan dibentangkan ulang, direfleksikan. Semuanya demi mencari jawaban: akan seperti apa taman baca ini di masa mendatang.

Baca dan pinjam buku sudah pasti adanya. Mau bagaimanapun kegiatan ini adalah sebuah taman baca atau perpustakaan informal. Buku sudah pasti menjadi salah satu denyut nadi Perpusjlegongan. Namun, apakah hanya akan begitu melulu? Sekadar baca dan pinjam buku lalu sudah?

Di tengah amukan badai pandemi tahun 2021 silam, Perpustakaan Umum Dusun Jlegongan mencoba meracik mimpi-mimpi baru. Kilas balik 6 tahun perjalanan dibentangkan ulang, direfleksikan. Semuanya demi mencari jawaban: akan seperti apa taman baca ini di masa mendatang.

Baca dan pinjam buku sudah pasti adanya. Mau bagaimanapun kegiatan ini adalah sebuah taman baca atau perpustakaan informal. Buku sudah pasti menjadi salah satu denyut nadi Perpusjlegongan. Namun, apakah hanya akan begitu melulu? Sekadar baca dan pinjam buku lalu sudah?

Mimpi kami akan suatu konsep sekolah gratis pertama kali muncul dari sebuah khayalan semata. Ketika kami merilis kanal Youtube, tercetus pemikiran gila. Bagaimana jika misalnya suatu saat mendapatkan adsense dan itu digunakan untuk membiayai sekolah gratis.

“Dapat adsense tuh susah,” cetus seorang kawan.

“Susah, hampir tidak mungkin,” sahut seorang kawan lain.

Kami mengakui namun tidak berhenti untuk terus memproduksi konten hingga hampir 2 tahun lamanya. Dua tahun berselang, cita-cita tersebut tetap menjadi sebuah mimpi belaka.

Di tahun 2022, selepas hiatus cukup lama, kami kembali memulai kelas bahasa Inggris untuk anak-anak. Untuk pertama kalinya pula, kami mencari guru khusus dengan skema berbayar demi menunjang kegiatan ini. Sang pengajar kelas ini kami beri uang transportasi yang memadai – walaupun tetap saja di bawah standar seorang pengajar les. Semi gotong royong, begitu kami menyebutnya.

Les bahasa Inggris ini dijadwalkan tiap 2 minggu sekali. Sasaran utamanya adalah anak-anak SD di Jlegongan. Jumlahnya tidak banyak, sekitar 5 anak saja. Perlahan, jumlah anak-anak bertambah. Walaupun begitu, perjalanan masih jauh dari kata stabil. Beberapa kali kelas dihelat hanya dengan 2-3 anak semata.

Kegiatan ini mulanya diarahkan untuk berbayar. Hanya saja, kami tidak sampai hati untuk meminta ke anak-anak ini beserta orang tua mereka. Skema kegiatan berbayar ditunda sementara les bahasa Inggris ini terus berjalan.

Di tahun 2024, kami menambah 2 kegiatan dengan jadwal 4 kali kelas setiap bulan. Secara tidak sengaja pula, kami merasa bahwa rebranding sekolah desa bisa digunakan untuk menyebut semua kegiatan berbasis kelas dan pelatihan di Perpusjlegongan.

Sebuah kegiatan belajar mengajar sebagaimana sekolah dan berada di desa, sesederhana itu filosofinya. Namun, tidak dengan segala upaya mewujudkannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *